Ini tentang sebuah kisah cinta sepasang kekasih.
Ini kisah nyata yang dialami Adriana, sahabatku di pulau seberang. Tentang kisah cintanya dengan sang kekasih pujaan hatinya.
"Memy, sekarang Aku berpacaran dengan seorang Pria. Namanya Damian. Dia sangat dewasa dan berbeda. Dia istimewa di mataku" cerita Adriana kala itu.
*****
*****
Adriana dan Damian menikmati masa pacaran mereka dengan cara yang berbeda. Jaringan selular yang paling setia, menjadi perantara komunikasi juga pertemuan mereka setiap saat. Mereka menjalani hubungan jarak jauh, tanpa pertemuan secara langsung sebelumnya. Namun, jarak dan waktu tidak pernah menghalangi mereka untuk tetap saling mengenal, memahami dan saling percaya. Bahkan frekuensi udara pun turut andil dalam menumbuhkan benih-benih kasih sayang mereka berdua. Waktu terus bergulir. Seakan mengejar jarak untuk didekatkan bagi keduanya. Namun, mereka tetap bertahan, semakin teguh bersama, karena komitmen sudah sama-sama diyakini. "Jika Cinta , pasti tidak akan kemana-kemana".
Setelah selesai Wisuda. Adriana kembali ke Tanah kelahirannya. Mendekatkan jarak yang memisahkannya dengan Damian. Mereka bertemu. Lalu bertunangan 3 bulan kemudian.
Hubungan setelah pertunangan tak lagi sama seperti dahulu. Saat ini, hubungan mereka melibatkan keluarga kedua belah pihak. Tanggung-jawab terhadap hubungan pun lebih besar dari sebelumnya. Apalagi daerah setempat sangat menjunjung tinggi adat-istiadat pertunangan. Dengan keadaan seperti ini mereka berdua menjadi lebih dewasa dalam menjalani hubungan. Memupuk cinta dari hari ke hari untuk tumbuh mekar setiap saat.
*****
Suatu Malam via Phone
"Memy, kami putus..." Kata Adriana padaku memulai percakapan sambil tersedu-sedan.
"Ada apa dengan hubungan kalian? Kenapa bisa begitu?" begitu tanyaku. Dua pertanyaan beruntun karena kaget. Selama ini yang aku tahu mereka baik-baik saja. Tapi mengapa mereka bisa tiba dititik ini...? Adriana terus menceritakan alasan mereka. Masih dalam tangis. Aku tetap mendengarkannya.
"Ada kesalah-pahaman diantara kami. Hanya kesalah-pahaman kecil. Tapi Aku pun tidak mengerti kenapa kami bisa tiba di titik ini. Aku yang salah. Aku terlalu cepat mengambil keputusan. Aku harus bagaimana...?" kalimatnya terhenti karena isakan.
*****
Suatu Malam via Phone
"Memy, kami putus..." Kata Adriana padaku memulai percakapan sambil tersedu-sedan.
"Ada apa dengan hubungan kalian? Kenapa bisa begitu?" begitu tanyaku. Dua pertanyaan beruntun karena kaget. Selama ini yang aku tahu mereka baik-baik saja. Tapi mengapa mereka bisa tiba dititik ini...? Adriana terus menceritakan alasan mereka. Masih dalam tangis. Aku tetap mendengarkannya.
"Ada kesalah-pahaman diantara kami. Hanya kesalah-pahaman kecil. Tapi Aku pun tidak mengerti kenapa kami bisa tiba di titik ini. Aku yang salah. Aku terlalu cepat mengambil keputusan. Aku harus bagaimana...?" kalimatnya terhenti karena isakan.
Seperti pasangan lain, mereka pun tidak pernah luput dari kesalah-pahaman. Itu selalu muncul di masa-masa menyatukan 2 karakter yang berbeda. Beda pendapat, sensitif, kurang saling memahami satu sama lain itu pemicu perselisihan, yang memang tidak pernah sampai ke perselisihan besar tetapi sangat mampu mengobrak-abrik perasaan. Aku sangat memahami perasaan itu. Sebagai sahabat aku menenangkan Adriana.
"Kamu tenang saja. Tidak akan ada hal buruk yang terjadi dalam hubungan kalian. Ini sangat wajar. Sebuah kesalah-pahaman kecil bukan berarti akhir dari sebuah hubungan. Tanpa kalian sadari ini adalah sebuah proses pendewasaan hubungan kalian. Percayalah, dia pasti akan menghubungimu lagi" Kataku pelan-pelan.
"Tidak Memy. Kami sudah sama-sama sepakat untuk putus. Dan aku sangat mengenal dia. Dia bukan orang yang plin-plan. Itu mustahil..." Jawab Adriana pasrah.
Adriana masih menangis disana. Dia terus menceritakan tentang kesepakatan mereka untuk mengakhiri hubungan. Bahkan mereka sudah sepakat untuk segera memberitahukan kepada masing-masing keluarga. Damian pun mengatakan bahwa ia siap dengan segala resikonya. Adriana terus-menerus bilang padaku. Bahwa selama hubungan mereka berjalan, dia tidak pernah menemukan satu kesalahan pun dari Damian.
"Dia sangat mengerti aku. Tidak pernah memaksakan apa pun kepadaku. Jika Ia tahu aku tidak nyaman akan suatu hal dia pasti akan mencari cara agar aku tetap nyaman. Dia sangat baik terhadapku"
Begitu kata-kata Adriana. Berulang kali juga Adriana mengatakan tentang kesalahannya, sensitifnya yang terlalu cepat mengambil keputusan bodoh ini. Jika nanti tiba saatnya keluarga tahu tentang berakhirnya hubungan ini, Adriana sudah siap untuk mengaku bahwa dialah yang salah. Dia tidak ingin Damian dimarahi keluarganya.
"Adatku sangat terikat. Aku yakin Damian pasti yang disalahkan karena tidak bertanggung jawab mempertahankan hubungan ini sebagai pria. Dan aku tidak sanggup melihatnya dimarahi. Dia tidak salah apa-apa"
Adriana terus tersedu hingga menutup telepon. Tetap berpegang teguh pada kalimat-kalimat pasrahnya. Kata-kata peneguhanku tak lagi didengar. Meski berkali-kali aku meyakinkan dia bahwa hubungan mereka pasti akan kembali seperti sediakala. Tapi dia terlalu terpuruk untuk yakin.
"Aku tak terlalu kuat untuk yakin bahwa dia akan kembali. Aku hanya mampu berdoa kepada Sang Maha Cinta, agar Dia menunjukan jalan-Nya yang terbaik" Kata Adriana menyudahi obrolan.
*****
4 Hari Kemudian via Phone
"Memy.... ada waktumu? Aku mau cerita" Suara Adriana diantara tangisan.
Aku menjawabnya dengan ragu-ragu. Bingung karena Adriana masih saja menangis. Mungkin masalahnya belum usai. Mungkin kekhawatirannya benar, mereka benar-benar putus. Tetapi itu semua diluar dugaan, ternyata Adriana menyampaikan kabar gembira. Mereka kembali rujuk. Dan dia menangis terharu.
"Tadi siang dia mengajakku bertemu. Aku sangat bersyukur, dan terharu. Kami sangat menikmati kebersamaan kami siang tadi." kata Adriana bahagia.
Sebagai sahabatnya aku sangat senang mendengarnya. Senang karena sahabatku tak lagi terpuruk dalam kesedihannya. Dan semakin yakin dengan apa yang selalu aku yakini. Bahwa beginilah cinta. Cinta itu berhubungan sangat erat dengan hati. Dan hati tidak pernah plin-plan. Hati selalu konsisten, meski mulut berkali-kali plin-plan karena pengaruh kesalah-pahaman apapun jenisnya. Itu yang selalu aku yakini. Bahkan ketika Adriana mengatakan bahwa Damian bukan orang yang plin-plan membuat keputusan, aku tetap yakin bahwa mereka pasti akan kembali lagi. Aku tahu cinta mereka terlalu besar untuk diakhiri begitu saja. Mereka hanya dipengaruhi oleh zona kesalah-pahaman yang menyerang area sensitif. Tetapi hati mereka tetap berseru satu kata yaitu "Cinta".
Cinta itu begini...Beginilah cinta yang sebenarnya. Ia tidak pernah peduli jarak, waktu, bahkan kesalah-pahaman jenis dan tingkat apapun. Cinta selalu tetap bersemayam disana. Diam ditempat yang seharusnya. Dan menuju ke pemilik yang sebenarnya. Karena cinta hanya cukup untuk cinta.
*****
Siang itu, mereka berdua sangat bahagia. Duduk disudut itu. Bersenda-gurau dalam cerita, seperti biasanya. Melihat Adriana begitu bahagia siang itu, tiba-tiba Damian bertanya.
"Apa doa kamu yang sudah terkabul...?" tanya Damian sambil menggenggam erat tangan Adriana.
Sejenak Adriana terpaku. Menyadari tentang Damian yang saat ini disisi, dekat dengannya. Lalu dengan tersenyum Adriana menjawab. "Doaku yang sudah terkabul adalah bisa kembali tersenyum"
*****
"Kamu tenang saja. Tidak akan ada hal buruk yang terjadi dalam hubungan kalian. Ini sangat wajar. Sebuah kesalah-pahaman kecil bukan berarti akhir dari sebuah hubungan. Tanpa kalian sadari ini adalah sebuah proses pendewasaan hubungan kalian. Percayalah, dia pasti akan menghubungimu lagi" Kataku pelan-pelan.
"Tidak Memy. Kami sudah sama-sama sepakat untuk putus. Dan aku sangat mengenal dia. Dia bukan orang yang plin-plan. Itu mustahil..." Jawab Adriana pasrah.
Adriana masih menangis disana. Dia terus menceritakan tentang kesepakatan mereka untuk mengakhiri hubungan. Bahkan mereka sudah sepakat untuk segera memberitahukan kepada masing-masing keluarga. Damian pun mengatakan bahwa ia siap dengan segala resikonya. Adriana terus-menerus bilang padaku. Bahwa selama hubungan mereka berjalan, dia tidak pernah menemukan satu kesalahan pun dari Damian.
"Dia sangat mengerti aku. Tidak pernah memaksakan apa pun kepadaku. Jika Ia tahu aku tidak nyaman akan suatu hal dia pasti akan mencari cara agar aku tetap nyaman. Dia sangat baik terhadapku"
Begitu kata-kata Adriana. Berulang kali juga Adriana mengatakan tentang kesalahannya, sensitifnya yang terlalu cepat mengambil keputusan bodoh ini. Jika nanti tiba saatnya keluarga tahu tentang berakhirnya hubungan ini, Adriana sudah siap untuk mengaku bahwa dialah yang salah. Dia tidak ingin Damian dimarahi keluarganya.
"Adatku sangat terikat. Aku yakin Damian pasti yang disalahkan karena tidak bertanggung jawab mempertahankan hubungan ini sebagai pria. Dan aku tidak sanggup melihatnya dimarahi. Dia tidak salah apa-apa"
Adriana terus tersedu hingga menutup telepon. Tetap berpegang teguh pada kalimat-kalimat pasrahnya. Kata-kata peneguhanku tak lagi didengar. Meski berkali-kali aku meyakinkan dia bahwa hubungan mereka pasti akan kembali seperti sediakala. Tapi dia terlalu terpuruk untuk yakin.
"Aku tak terlalu kuat untuk yakin bahwa dia akan kembali. Aku hanya mampu berdoa kepada Sang Maha Cinta, agar Dia menunjukan jalan-Nya yang terbaik" Kata Adriana menyudahi obrolan.
*****
4 Hari Kemudian via Phone
"Memy.... ada waktumu? Aku mau cerita" Suara Adriana diantara tangisan.
Aku menjawabnya dengan ragu-ragu. Bingung karena Adriana masih saja menangis. Mungkin masalahnya belum usai. Mungkin kekhawatirannya benar, mereka benar-benar putus. Tetapi itu semua diluar dugaan, ternyata Adriana menyampaikan kabar gembira. Mereka kembali rujuk. Dan dia menangis terharu.
"Tadi siang dia mengajakku bertemu. Aku sangat bersyukur, dan terharu. Kami sangat menikmati kebersamaan kami siang tadi." kata Adriana bahagia.
Sebagai sahabatnya aku sangat senang mendengarnya. Senang karena sahabatku tak lagi terpuruk dalam kesedihannya. Dan semakin yakin dengan apa yang selalu aku yakini. Bahwa beginilah cinta. Cinta itu berhubungan sangat erat dengan hati. Dan hati tidak pernah plin-plan. Hati selalu konsisten, meski mulut berkali-kali plin-plan karena pengaruh kesalah-pahaman apapun jenisnya. Itu yang selalu aku yakini. Bahkan ketika Adriana mengatakan bahwa Damian bukan orang yang plin-plan membuat keputusan, aku tetap yakin bahwa mereka pasti akan kembali lagi. Aku tahu cinta mereka terlalu besar untuk diakhiri begitu saja. Mereka hanya dipengaruhi oleh zona kesalah-pahaman yang menyerang area sensitif. Tetapi hati mereka tetap berseru satu kata yaitu "Cinta".
Cinta itu begini...Beginilah cinta yang sebenarnya. Ia tidak pernah peduli jarak, waktu, bahkan kesalah-pahaman jenis dan tingkat apapun. Cinta selalu tetap bersemayam disana. Diam ditempat yang seharusnya. Dan menuju ke pemilik yang sebenarnya. Karena cinta hanya cukup untuk cinta.
*****
Siang itu, mereka berdua sangat bahagia. Duduk disudut itu. Bersenda-gurau dalam cerita, seperti biasanya. Melihat Adriana begitu bahagia siang itu, tiba-tiba Damian bertanya.
"Apa doa kamu yang sudah terkabul...?" tanya Damian sambil menggenggam erat tangan Adriana.
Sejenak Adriana terpaku. Menyadari tentang Damian yang saat ini disisi, dekat dengannya. Lalu dengan tersenyum Adriana menjawab. "Doaku yang sudah terkabul adalah bisa kembali tersenyum"
*****
Beginilah Cinta
Pict form here |
0 komentar:
Posting Komentar