Perempuan itu masih disana. Duduk di bangku itu seorang diri menghuni bibir pantai menanti senja. Dan ini senja yang lain. Senja yang baru ia temukan kemarin. Katanya ini senja berirama. ...
Perempuan itu hanya tertawa kecil mendengar pertanyaanku. Lalu menggeleng pelan...
"ahh kau tidak tahu. Setiap senja itu berbeda. Senja bukan hanya milik Mawar, tetapi milik semua orang. Kau juga pemilik senja. Kau hanya perlu mengenalinya lebih dekat, lalu membaca momentnya..."
Ribet. Aku ngedumel dalam hati. Perempuan ini selalu begini. Terlalu mencintai puisi meski berkali-kali puisi menyakitinya begitu dalam. Jalan pikirannya terlalu rumit untuk dimengerti.
"Ini tidak serumit yang kau bayangkan..."
Sepertinya perempuan itu membaca pikiranku. Sudahlah biarkan dia berkata-kata aku akan mendengarkannya...
"Aku tidak akan mengguruimu tentang hal ini. Ini bukan tentang rumus matematika yang harus kau hafal. Ini tentang perasaan hati yang harus kau pahami apa adanya. Perasaan hatimu hanya kau yang bisa merasakannya..."
"Baiklah... aku akan mencobanya. Tetapi sebenarnya aku tidak begitu peduli pada senja. Aku lebih tertarik pada orang yang kau sebut Bima. Siapakah Bima? Pacarmu kah?"
Perempuan itu hanya tersenyum sekilas menatapku, lalu beranjak pergi tanpa menoleh.
Membiarkan aku terus berteriak penasaran...
Siapa Bima....?
Aku menghampirinya diam-diam. Lalu bertanya pelan "kau sedang apa?"
"aku menunggu Bima" jawabnya tanpa menoleh.
"Bima?... kenapa harus disaat senja? Bukankah senja milik Mawar?"
Perempuan itu hanya tertawa kecil mendengar pertanyaanku. Lalu menggeleng pelan...
"ahh kau tidak tahu. Setiap senja itu berbeda. Senja bukan hanya milik Mawar, tetapi milik semua orang. Kau juga pemilik senja. Kau hanya perlu mengenalinya lebih dekat, lalu membaca momentnya..."
Ribet. Aku ngedumel dalam hati. Perempuan ini selalu begini. Terlalu mencintai puisi meski berkali-kali puisi menyakitinya begitu dalam. Jalan pikirannya terlalu rumit untuk dimengerti.
"Ini tidak serumit yang kau bayangkan..."
Sepertinya perempuan itu membaca pikiranku. Sudahlah biarkan dia berkata-kata aku akan mendengarkannya...
"Aku tidak akan mengguruimu tentang hal ini. Ini bukan tentang rumus matematika yang harus kau hafal. Ini tentang perasaan hati yang harus kau pahami apa adanya. Perasaan hatimu hanya kau yang bisa merasakannya..."
"Baiklah... aku akan mencobanya. Tetapi sebenarnya aku tidak begitu peduli pada senja. Aku lebih tertarik pada orang yang kau sebut Bima. Siapakah Bima? Pacarmu kah?"
Perempuan itu hanya tersenyum sekilas menatapku, lalu beranjak pergi tanpa menoleh.
Membiarkan aku terus berteriak penasaran...
Siapa Bima....?
pict from here |
0 komentar:
Posting Komentar