Senin, 23 Juni 2014

Remember When #1

Aku memang sudah baik-baik saja sejak itu. Ketika aku tahu, aku hanya berjuang sendirian. Sedangkan kamu hanya diam disana dengan perasaanmu yang bukan milikku. Aku sadar. Aku berusaha sekuat tenaga untuk baik-baik saja secara lahir dan batin. Meyakinkan diriku bahwa kamu memang bukan takdir Tuhan untuk aku.

Maka aku memilih mundur perlahan, ketika mengetahui kamu bilang cinta dan sayang ke orang lain, menyaksikan kamu berpacaran dengan wanita lain pada tanggal yang hingga kini masih jelas terngiang di benak. Meski sakit, aku harus bisa bertahan. Mencari kesibukan demi kesibukan lain yang penting tidak bersamamu. Meski sesederhana, menyeberang jalan atau melewati kerumunan preman dijalanan hingga ke hal besar seperti meratapi rindu yang bergemuruh riuh sendirian. Aku bisa kok, sendiri tanpa kamu. Tertatih-tatih pun aku masih bisa berdiri tegak, dan bilang aku baik-baik saja.

***

Lalu tiba-tiba acara itu kembali mempertemukan kita. Mungkin kamu gak tahu. Bahwa ini pertemuan pertama setelah proses panjang yang kulewati untuk menganggapmu sekedar sahabat atau saudara seperti anggapanmu. Kamu tahu....? Aku mempersiapkan diri sematang mungkin untuk bertemu kamu diacara itu. Suatu hal yang baru buatku. Mungkin untuk sekedar bersikap aku bisa melakoni seperti biasanya. tetapi untuk perasaan hati aku perlu menatanya dengan hati-hati dan teratur. Karena bertemu kamu kali ini akan sangat berbeda dengan pertemuan kita kemarin-kemarin.

Acara

Aku datang sedikit terlambat, kebingungan di depan pintu gerbang. Lalu kamu yang melihatku terlebih dahulu, dan memanggilku masuk kemudian menuntunku hingga ke dalam ruang acara. Yang kamu lihat ya aku seperti biasa, melenggang centil, mengucap salam sambil loncat kegirangan. Kamu tahu betul. Itu kebiasaanku. Namun kamu gak tahu di dalam hatiku ada perasaan bergemuruh yang dengan susah payah aku kendalikan.

Selama acara berlangsung aku lebih banyak diam dan menyendiri. Seringkali menjauh dari keramaian menuju ke tempat yang membuatku nyaman sendirian. Aku melakukan itu berkali-kali. Dan kamu terus menemukanku dimanapun aku menepi. Kamu pasti datang dengan sapaan khasmu atau datang secara tiba-tiba lalu duduk diam persis disampingku. Berapa kali pun aku berpindah tempat, berapa jauh pun aku menepi, kamu selalu menemukan keberadaanku.

Pulang

Kita berjalan beriringan keluar gerbang. Menuju ke persimpangan jalan untuk mengambil taxi. Tetapi hujan menghentikan langkah kita. Ahh hujan jahill, pikirku. Karen hujan, kita harus mencari tempat berteduh dipinggir perkantoran. Dan aku harus berada didekatmu lebih lama lagi, aku tidak banyak bicara. Aku hanya bicara seperlunya sambil mendengar ocehanmu yang sesekali menggebu.

Hujan pun berhenti. Kita melanjutkan perjalanan dan menemukan taxi di persimpangan jalan itu. Lalu naik taxi bersamaan, karena kita menuju kearah yang sama. Kita lebih banyak diam selama perjalanan hingga taxi berhenti didepan rumahmu. Kamu berpamitan lalu turun. Hanya anggukan yang aku berikan sebagai respon. Lalu aku menatapi punggungmu yang bergerak masuk rumah dengan perasaan yang sesak tak terkira. Aku sudah melakoni dengan sempurna. Aku baik-baik saja.... Aku berusaha terbiasa menatap punggungmu yang berbalik pulang tanpa mengharapmu untuk menoleh kearahku. Aku baik-baik saja.... berjalanlah lurus... aku baik-baik saja....



Pict from here

0 komentar:

Posting Komentar