Rabu, 05 Februari 2014

Aku mencintaimu, merindumu dalam diam...

"Kamu sudah datang...? Masuklah..." Sapamu ketika melihatku berdiri di depan pintu kamarmu malam itu. Aku menjawab sapaanmu dengan begitu sumringah sambil melambaikan tangan dengan gerakan centil. Dan kalimat selanjutnya yang hanya terucap lirih dalam hati, "aku merindukanmu"....

 Hhhm... aku bernafas lega setelah bersusah payah berusaha menahan diri untuk tidak memelukmu...

Lalu aku dan kamu terlarut dalam serangkaian obrolan yang selalu datang dari berbagai sisi. Obrolan-obrolan yang kebanyakan adalah cerita konyolmu yang selalu mampu membuatku tertawa terpingkal-pinggal.


Aku tak punya cara untuk bilang rindu kepadamu begitu saja. Aku dan kamu hanya dua jenis subjek yang terpisah, bukan "kita" yang akhir-akhir ini diduga kebanyakan orang. Mereka bilang kita sedang menjalin hubungan spesial. Banyak yang menanyakan hal itu kepadaku. Pertanyaan yang tidak pernah aku jawab dengan tegas dari dua pilihan kata ya dan tidak. Hatiku terlalu berbahagia untuk menjawab ya, tetapi otakku lebih banyak menolaknya. Itu karena sikapmu yang tak pernah mendukung hatiku. Atau memang hatimu yang tidak pernah memberi tempat bagiku yang sudah lama mencintaimu dalam diam.

Dan tahukah kamu, bagaimana rasanya mencintaimu dalam diam???

Menahan perasaan yang berakhir pada puisi yang tak pernah sampai kepadamu. Puisi-puisi yang selalu berderet rapi pada setiap halaman web. Yang tercipta dari luapan cinta dan rindu yang tak tertahankan, dari ingatan dan kenangan yang menghuni benak, dari sisa-sisa debaran yang kamu tinggalkan pada setiap pertemuan. Kamu tidak tahu rasanya jadi aku yang mencintai kamu yang selalu mengganggap aku adikmu dan kekasihmu adalah dia yang disana. Kamu tidak pernah tahu bagaimana rasanya...


0 komentar:

Posting Komentar